Sejarah Oseanografi
Oseanografi (gabungan kata Yunani “oceanos” yang berarti “samudra”
dan “graphos” yang berarti “menulis”), juga disebut oseanologi atau ilmu
kelautan, adalah cabang ilmu Bumi yang mempelajari samudra atau lautan. Tapi
sesungguhnya oseanografi dan oseanologi berbeda. Beberapa sumber lain mengatakan bahwa ada
perbedaan mendasar yang membedakan antara oseanografi dan oseanologi.
Oseanologi terdiri dari dua kata (dalam bahasa Yunani) yaitu oceanos (laut) dan
logos (ilmu) yang secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang laut. Dalam arti yang lebih lengkap, oseanologi adalah
studi ilmiah mengenai laut dengan cara menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan
tradisional seperti fisika, kimia, matematika, dll ke dalam segala aspek
mengenai laut. Oseanografi
mencakup berbagai topik seperti organisme laut dan dinamika ekosistem;
arus samudra, gelombang, dan dinamika cairan geofisika; tektonik lempeng dan
geologi dasar laut, dan arus berbagai zat kimia dan fisika di dalam lautan dan
perbatasannya. Topik-topik yang beragam ini menggambarkan berbagai macam
disiplin ilmu yang digabungkan para oseanografer untuk mempelajari lautan dunia
dan memahami proses di dalamnya, yaitu biologi, kimia, meteorologi, fisika, dan
geografi. Dalam bahasa lain yang lebih lengkap, oseanografi dapat diartikan
sebagai studi dan penjelajahan ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya. Ilmu
oseanografi dibagi menjadi beberapa cabang, yaitu oseanografi biologi, atau
biologi laut, adalah ilmu yang mempelajari tumbuhan, hewan dan mikroba lautan
dan interaksi ekologisnya dengan samudra; oseanografi kimia, atau kimia laut,
adalah ilmu yang mempelajari kimia lautan dan interaksi kimiawinya dengan
atmosfer; oseanografi geologi, atau geologi laut, adalah ilmu yang mempelajari
geologi dasar samudra, termasuk tektonik lempeng dan paleoseanografi; oseanografi
fisik, atau fisika laut, mempelajari atribut fisik lautan yang meliputi
struktur suhu-salinitas, pencampuran, gelombang, gelombang internal, pasang-surut permukaan, pasang-surut internal, dan arus.
Manusia pertama kali memperoleh ilmu mengenai gelombang dan arus laut dan
samudra pada zaman prasejarah. Pengamatan terhadap pasang laut dicatat oleh
Aristoteles dan Strabo. Penjelajahan samudra modern awal dilakukan untuk
kartografi dan hanya terbatas hingga permukaannya saja dan makhluk-makhluk yang
terjaring oleh nelayan.
Pada masa itu pengukuran kedalaman laut menggunakan timah sudah dilakukan. Juan
Ponce de León pada tahun 1513 merupakan orang yang pertama kali
mengidentifikasi keberadaan Arus Teluk yang dikenal baik oleh para pelaut.
Namun, orang yang melakukan studi ilmiah pertama mengenai arus ini adalah
Benjamin Franklin. Ia mengukur suhu air pada beberapa pelayarannya melintasi
Atlantik dan secara tepat menjelaskan sebab Arus Teluk. Franklin dan Timothy
Folger menerbitkan peta Arus Teluk pertama pada tahun 1769-1770. James Rennell
menulis buku tes ilmiah pertama mengenai arus di samudra Atlantik dan Hindia
pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Sir James Clark Ross melakukan
penggaungan modern pertama di laut dalam pada tahun 1840, dan Charles Darwin
menerbitkan karya ilmiah mengenai terumbu dan pembentukan atol sebagai hasil
dari pelayaran kedua HMS Beagle pada tahun 1831-6. Robert FitzRoy menerbitkan
empat volume laporan mengenai tiga pelayaran Beagle. Tahun 1841–1842, Edward
Forbes melakukan pengerukan di Laut Aegean yang menghasilkan penemuan ekologi
laut. Matthew Fontaine Maury (1842–1861) menghabiskan waktunya untuk
mempelajari meteorologi laut, navigasi, dan memetakan angin dan arus kuat.
Karyanya tahun 1855, Physical Geography of the Sea, adalah buku teks
oseanografi pertama. Studi
menyeluruh mengenai laut dimulai pertama kali dengan dilakukannya ekspedisi
Challenger (1872-1876) yang dipimpin oleh naturalis bernama C.W. Thomson dan
John Murray. Istilah Oseanografi sendiri digunakan oleh mereka dalam laporan
yang diedit oleh Murray. Murray selanjutnya menjadi pemimpin dalam studi mengenai
sedimen laut. Keberhasilan dari ekspedisi Challenger dan pentingnya ilmu
pengetahuan tentang laut dalam perkapalan/perhubungan laut, perikanan, kabel
laut dan studi mengenai iklim akhirnya membawa banyak negara untuk melakukan
ekspedisi-ekspedisi berikutnya. Organisasi oseanografi internasional pertama
adalah The International Council for the Exploration of the Sea (1901).
Di Indonesia sendiri terdapat beberapa lembaga
penelitian dan perguruan-perguruan tinggi dalam bidang kelautan. Salah satu
lembaga penelitian kelautan yang tertua di Indonesia adalah Lembaga Oseanologi
Nasional, yang berada di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (disingkat
menjadi LON-LIPI) yang kini telah berubah namanya menjadi Pusat Penelitian
Oseanografi. Cikal bakal dari lembaga penelitian ini dulu bernama Zoologish
Museum en Laboratorium te Buitenzorg yang didirikan pada tahun 1905.
Referensi :